Pernahkah kita berpikir
mengenai peralatan masak yang ada di dapur ibu kita kemudian upacara pemakaman
yang ada di Tanah Toraja hingga kepercayaan pada suatu roh yang saat ini masih
ada di lingkungan sekitar kita, tahukah kalian bahwa semua hal tersebut berasal
dari kehidupan masyarakat zaman Praaksara. Lalu apakah itu zaman Praaksara?
Kata Praaksara di dalamnya terdapat dua arti yaitu pra yang artinya sebelum dan
aksara yang artinya tulisan, jadi apabila ditarik kesimpulan Praaksara adalah
zaman dimana kehidupan manusia purba belum mengenal tulisan hingga mengenal
tulisan.
Zaman Praaksara menurut konsep lama (model
teknologis) oleh Callensfels, Herne Geldern, Hoop dan Heekeren tahun 1924
dibagi menjadi 4 zaman yaitu:
1. Peleolitik
2. Mesolitik
3. Neolitik
4. Perunggu-besi/logam
awal/paleometalik
Kemudian muncul konsep baru (model sosial
ekonomis) tahun 1970 ketika diadakan Seminar Sejarah Internasional di
Yogyakarta. Konsep ini dibawa oleh R.P Soeyono, konsep tersebut yaitu:
1. Masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
2. Masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
3. Masa
bercocok tanam
4. Masa
perundagian
Adapun manusia purba yang hidup pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana yaitu
1. Meganthropus
Palaeojavanicus
2. Phitecanthropus
Mojokertensis
3. Phitecanthropus
Erectus
4. Phitecanthropus
Soloensis
5. Homo
Wajakensis
6. Homo
Sapiens
Perlu diketahui hasil
kebudayaan masa Paleolitik hingga masa peleometalik mengalami evolusi. Evolusi
tersebut dimulai dari sikap tubuh dan cara bergerak, tangan serta kepala. Tangan
merupakan anggota tubuh yang penting karena dimanfaatkan untuk membuat sesuatu
atau sebuah alat. Alat-alat yang mereka ciptakan seiring dengan berjalannya
waktu juga telah mengalami peningkatan mulai dari bentuk hingga fungsinya.
Mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Alat-alat apa saja yang telah
mereka hasilkan, untuk itu berikut pembahasannya...
1. Masa
Paleolitik/masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Pada masa paleolitik alat-alat yang
dihasilkan masih sangat sederhana dan ujungnya masih kasar. Semua alat-alat
yang dihasilkan memiliki fungsi masing-masing.
a. Kapak
Perimbas/Penetak
Pada umumnya yang
namanya kapak pasti memiliki tangkai kapak namun pada kapak perimbas ini tidak
memiliki tangkai kapak. Salah satu ujung kapak perimbas dibuat runcing kemudian
ujung-ujung yang lain dibuat tumpul fungsinya untuk tempat genggaman. Cara
pemakaian Kapak Perimbas dengan digenggam menggunakan jari-jari tangan. Fungsi
alat ini digunakan untuk menebang kayu, memahat tulang dan sebagai senjata.
Jenis manusia purba yang menggunakan Kapak Perimbas adalah Pitecanthropus. Alat
ini ditemukan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), Lahat (Sumatra
Selatan) dan paling banyak ditemukan di Pacitan, maka oleh Ralp Von Koenigswald
disebut dengan kebudayaan Pacitan.
b. Alat
Serpih Bilah
Alat serpih merupakan
alat yang terbuat dari batu chalcedon. Bentuk alat ini mirip dengan kapak
perimbas namun ujung-ujungnya dibuat tajam dan batunya sedikit memipih. Fungsi
dari alat ini yaitu digunakan untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi
dan buah-buahan. Alat serpih banyak ditemukan di Sungai Baksoka dan masih
termasuk dalam kebudayaan Pacitan.
c. Alat Tulang
Salah satu peninggalan
Paleolitikum selain dari batu ada alat tulang. Alat ini berasal dari tulang
binatang yang mereka jadikan buruan. Biasanya berasal dari binatang seperti
rusa, babi dan lainnya. Bentuknya memanjang dan ujungnya dibuat tajam atau bergerigi.
Fungsi dari alat ini untuk mengambil ubi dan keladi dari dalam tanah serta
untuk mengangkap ikan. Alat-alat ini ditemukan di Ngandong Blora Jawa Tengah.
Selain itu dalam penggolongan alat tulang di dalamnya terdapat alat sudip, mata
tombak, alat dari duri ikan pari dan batu-batu bundar yang fungsinya bola
diikat kemudian dilempar pada stegodon.
2. Masa
Mesolitik/Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Pada masa mesolitik
penelitian ditekankan pada pantai dan goa karena banyak ditemukan
situs-situsnya. Mereka sudah mulai hidup semi menetap dan mulai mengenal
penguburan. Adapun alat-alat yang dihasilkan antara lain
a. Kjokkenmodinger
(sampah dapur)
Kjokkenmodinger
merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Denmark yaitu Kjokken yang berarti
sampah dan modding yang berarti dapur, jadi kjokkenmodinger adalah sisa makanan
manusia purba yang telah menjadi fosil berupa timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput dengan ketinggian mencapai ± 7
meter. Kjokkenmodinger banyak ditemukan di sepanjang tepi pantai Timur Sumatera
antara Daerah Langsa hingga Medan. Serta ditemukan sebuah kapak genggam oleh
P.V. Van Stein Callenfels tahun 1952, kapak yang ditemukan berbeda dengan masa
paleolitik.
b. Kapak
Genggam Sumatera
Kapak Sumatera atausumatralith merupakan
sejenis kapak genggam yang terbuat dari batu yang dipecah atau dibelah. Kapak
genggam ini banyak ditemukan di Kjokkenmodinger sepanjang Pantai sumatera Timur
Laut antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera Utara).
c. Gua
(Abris Souce Roche) dan Seni lukis
Gua Lowo
Abris Souce Roche merupakan tempat tinggal
manusia pada masa Mesolitik yang memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan
dari cuaca dan binatang buas. Penelitian pertama dilakukan di goa dekat Sampung
Ponorogo Jawa Timur oleh P.V. Van Stein
Callenfels tahun 1928-193. Alat-alat yang ditemukan di dalam gua
antara lain ujung panah, alat serpih bilah, batu pipisan dan alat dari tulang.
Penelitian mengenai lukisan dilakukan di dinding goa Sulawesi Selatan oleh
Heekeren tahun 1950 di Leang Patta E. Di dinding goa terdapat lukisan cap
tangan dan hewan babi rusa dengan menggunakan cat merah dari adanya bukti
tersebut kuat dinyatakan bahwa manusia purba pada masa itu telah mengenal seni
lukis.
d. Penguburan
Masyarakat masa
Mesolitikum di Indonesia telah mengenal sistem kepercayaan dan penguburan
mayat. Lukisan yang ada di Pulau Seram dan Papua merupakan contoh gambar yang
dianggap memiliki kekuatan magis untuk penolak roh jahat. Bukti-bukti
penguburan pada masa mesolitik ditemukan Goa Lawa Sampung Ponorogo. Mereka yang
telah meninggal dibekali dengan alat-alat keperluan sehari-hari serta perhiasan
dari batu.