Mesir adalah
sebuah negara yang terletak di Benua Afrika. Sebagian wilayahnya terletak di
Afrika bagian Timur Laut. Mesir sebelum mengalami modernisasi dan maju seperti
sekarang ini di Mesir terdapat sebuah peradaban kuno,hingga akhirnya pada masa
kejayaan Islam Mesir akhirnya dikuasai oleh Islam tahun 642 Masehi. Islam
mengalami puncak kejayaan di berbagai bidang dan menjadi kiblat peradaban di
dunia ketika dikuasai Dinasti Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad, keturunan
Bani Ummayah di Spanyol dan Dinasti Fatimiyah di Mesir. Ketiga kerajaan
tersebut ikun andil dalam melakukan membangun peradaban Mesir yang baru serta
mengharumkan nama Islam. Keterlibatan ketiga kerajaan dalam membangun peradaban
Mesir nantinya akan menjadi penyebab kebangkitan Bangsa Eropa dari
keterbelakangan khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kejayaan
kerajaan Islam yang dibangun kini mulai meredup pada abad ke-6 hingga abad ke-9
Masehi, kemudian mencapai puncaknya pada abad ke-12. Pada masa puncak kejayaan
Islam munculah serangan dari pasukan Salib dengan perang sucinya yang terjadi
hampir dua abad. Serangan-serangan dari bangsa asing mulai berdatangan, menurut
Yatim (2007: 111) yaitu serangan dari Hulagu Khan cucu dari Jengis Khan yang
menghancurkan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan perdaban Islam yang kaya
dengan khazanah ilmu pengetahuan. Peradaban Islam di Mesir hancur namun sedikit
demi sedikit mulai dibangun kembali, sementara itu di
Eropa mulai mengalami kemajuan yang ditandai dengan adanya Renaissance. Pada saat Islam masih
membangun perdabannya Bangsa Barat mulai datang untuk menjajah.
Secara historis
sebelum menuju pada modernisasi pendidikan dan kedatangan Bangsa Barat, di
Mesir sudah mengenal adanya pendidikan. Penaklukan Bangsa Barat yaitu dari
Perancis telah mengenalkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya pada
Mesir ketika berhasil menaklukkanya. Hal inilah yang mendorong munculnya
tokoh-tokoh pembaharu pendidikan Islam di Mesir. Pembaharuan pendidikan Islam
di Mesir yang dilakukan oleh tokoh-tokoh terkenal dengan memasukkan ilmu
pengetahuan Bangsa Barat ke dalam pendidikan Islam.
Tokoh-tokoh
pembaharu pendidikan Islam tersebut antara lain seperti Muhammad Ali Pasya,
Rasyid Ridha, Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al Afgani. Mereka melakukan
pembaharuan dalam hal pendidikan. Menurut Prof. Richey dalam bukunya “Planning for teaching an Introduction to
education” dijelaskan bahwa pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi
yang luas dari pemeliharaan danperbaikan kehidupan suatu masyarakat terurama membawa
warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penunaian kewajiban dan
tanggungjawabnya di dalam masyarakat”.
Pengaruh Modernisasi Pendidikan
Mesir bagi Negara Indonesia.
Berkembangnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa didorong oleh masa Renaissance dan revolusi industri.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat
sehingga mempengaruhi daerah jajahannya yaitu Mesir salah satunya. Pasca
pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Islam di Mesir juga
telah mempengaruhi negara Islam yang lainnya. Salah satunya adalah Negara
Indonesia yang memiliki masyarakat mayoritas menganut Agama Islam.
Sejarah
pendidikan di Mesir khususnya Al-Azhar memiliki keterkaitan dengan dengan
keberagaman Islam di tanah air melalui alumninya yang berkontribusi banyak
untuk mengisi dan mengembangkan ilmu mencakup pada aspek kehidupan sosial,
politik, budaya dan keagamaan. Peran mereka tersebar mulai dari sebagai
akademisi, penceramah, budayawan, pengusaha, penegak hukum serta politik. Alumni
Al-Azhar Mesir di Indonesia, tidak lepas dari perkembangan Islam di Indonesia.
Mengingat bahwa Al-Azhar merupakan institusi pendidikan yang telah banyak
melahirkan tokoh-tokoh besar Indonesia. Selain melahirkan tokoh-tokoh besar
Indonesia namun pengaruhnya juga dapat dilihat hingga kini.
Menurut konsep Mona
Abaza dalam artikelnya Sukino (2016: 34) dijelaskan bahwa hubungan keilmuwan Indonesia
dengan Al-Azhar melalui konsep pengembaraan untuk mencari ilmu. Kebiasaan
tersebut telah mengikat dalam tradisi keilmuwan Islam dimulai ketika seseorang
mengumpulkan Hadis sahih dengan cara mengembara dari satu ulama ke ulama negara
yang lainnya. Tradisi itulah yang kemudian menjadi etos pengembangan keilmuwan
Islam sehingga seorang santri Jawa harus mengembara jauh ke pusat ilmu
pengetahuan di Mekah atau di Kairo tepatnya Al-Azhar.
Mekah yang
dinilai lebih konservatif dibanding dengan Mesir yang menjadi pusat
pengembangan pemikiran reformis, karena itu para santri dari Indonesia lebih
tertarik belajar ke Kairo Mesir. Hal tersebut telah mengilhami munculnya gerakan
pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Menurut Sukino (2016: 35) berawal
dari hal tersebut, Mona Abaza mengelompokkan karakter masing-masing tokoh yang
menempuh ilmu di Kairo Mesir dengan menggunakan analisa sosiologi pengetahuan
sehingga menjadi jelas institusi pendidikan Al-Azhar pada satu periode
melahirkan santri reformis yang kemudian mengambil peran penting dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
Salah satu ulama
Indonesia yang terkenal yaitu Kiai Ahmad Dahlan. Beliau seorang yang menguasai
ilmu agama baik dari keluarga maupun daru usaha sendiri, juga tertarik pada
keilmuwan umum yang saat itu didominasi oleh Barat. Menurut Karimi (2012: 61) melalui
diskusi-diskusinya dengan banyak tokoh intelektual agamawan yang baik dari
dalam negeri maupun luar negeri seperti Rasyid Ridha dan bacaan-bacaan yang ia
dapatkan selama ia menimba ilmu di Mekah telah membuatnya sadar bahwa kondisi
umat Islam yang memprihatinkan adalah sumber utama suburnya penjajahan. Oleh
karena itu beliau berusaha memurnikan terlebih dahulu akidah umat, memberikan
perspektif baru terhadap pengajaran agama dan ilmu pengetahuan umum agar
kesadaran umat tumbuh dengan sendirinya.
Pemikiran Kiai
Ahmad Dahlan terinspirasi oleh Ibnu Taimiyah, Jamaludin Al-Afgani, Muhammad
Abduh dan Rasyid Ridha yang selain dikenal sebagai reformis Islam di Mesir juga
tokoh yang menyerukan persatuan umat Islam. Menurut Salam (2009: 92) gerakan
reformasi dan modernisasi dunia Islam di Mesir memiliki pengaruh yang besar
tidak hanya kepada negara-negara di wilayah Arab, namun juga ke Indonesia
utamanya melalui penjabaran pemikiran tokoh-tokoh terkemuka tersebut oleh Kiai
Ahmad Dahlan. Pengaruh pemikiran Muhammda Abduh terhadap Kiai Ahmad Dahlan
misalnya dalam hal pembaharuan dan konsep gerakan. Pembaharuan tersebut
memiliki kesamaan gerakan pembaharuan yang evaluatif dari Kiai Ahmad Dahlan
yang meniru Muhammad Abduh sehingga lahirlah pembaharuan gerakan Islam yang
baru di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Menurut Afif dan Mimien dalam Karimi
(2012: 64) menjelaskan bahwa sarjana Barat HAR Gibb dan Kramers menyatakan
bahwa Muhammadiyah adalah suatu pergerakan pembaharuan Islam di Indonesia
setelah pergerakan pembaharuan di Mesir dan India.
Selain itu
pemikiran tokoh pembaharu Islam di Mesir juga sudah menyebar di Pulau Sumatra
khususnya di daerah Minangkabau. Menurut Anwar (2004: 90) selain dimasuki oleh
pengaruh barat lewat pendidikan Sumatra Barat mengalami perubahan akibat proses
modernisasi Islam. Aliran pembaharuan dalam Islam yang diajurkan oleh Muhammad
Abduh di Mesir memasuki Minangkabau. Terjadi pertukaran pikiran yang sangat
sengt antara kaum muda dengan kaum tua. Hal tersebut berpengaruh terhadap
kehidupan dan kegiatan politik di Indonesia. Akibatnya didirikan gerakan
politik Serikat Islam (SI) yang terpecah menjadi dua yaitu Serikat Islam Merah
(muda) dan Serikat Islam Putih (tua).
Pada abad ke-21
ini, tradisi mengembara ilmu dari ulama ke ulama yang lainnya meski terhalang
jarak hingga saat ini tradisi tersebut masih dilakukan. Universitas Al-Azhar
sendiri telah membuka beasiswa S1 maupun S2 yang diperuntukkan bagi Indonesia.
Setelah mereka menyelesaikan studinya dan kembali pulang ke tanah air, ilmu yang
mereka dapatkan nantinya mereka gunakan untuk terjun ke dalam masyarakat sesuai
dengan peran masing-masing dari mereka. Peran mereka dalam kehidupan
bermasyarakat sangat beragam, misalnya sebagai pendakwah, akademisi maupun
sebagai politikus.
Daftar pustaka
Daftar pustaka
Anwar, R. 2004. Sejarah Kecil “petite historie”
Indonesia volume 1. Jakarta: KOMPAS
Karimi, A.F. 2012. Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan. Gresik: Muhi
Press
Salam, J. 2009. K.H. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya. Jakarta: Al-Wasat
Publishing House
Sukino, A. 2016. Dinamika Pendidikan
Islam Di Mesir Dan Implikasinya Terhadap Tranformasi Keilmuwan Ulama Nusantara.
Jurnal Ilmiah Pendidikan. 1 (10), 34”36. ISSN:
1978-8169
Yatim,
B. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
nice postingan menginspirasi
BalasHapushebat suka artikelnya!
BalasHapus