MUNCULNYA
GERAKAN FEMINISME DAN PERKEMBANGANNYA
DI
AMERIKA SERIKAT TAHUN 1789-1966
Abstrak: Pada
hakikatnya perempuan dan laki-laki diciptakan dengan sama dan setara namun
pasca Amerika Serikat merdeka tahun 1776 terdapat permasalahan pada perempuan
mengenai ketidakadilan dan diskriminasi gender yang dilakukan oleh kaum pria
pada perempuan. Hal tersebut mendorong kaum perempuan mengadakan gerakan untuk
memperoleh haknya. Metode yang digunakan peneliti dalam penulisan artikel ini
yaitu melalui studi pustaka. Hasil penelitian artikel ini diharapkan mampu
memaparkan awal kemunculan feminisme serta arah perkembangannya di Amerika
Serikat.
Kata
kunci: Feminisme,
Elizabeth Cady Stanton, Amerika Serikat
Abstract: Essentially women and men are created equally and equally but post-United
States independence in 1776 there is a problem for women about the injustice
and gender discrimination perpetrated by men in women. It encourages women to
hold movement to get their rights. The method used by researchers in writing
this article is through literature study. The results of this article is
expected to explain the beginning of the emergence of feminism and the
direction of its development in the United States.
Keywords: Feminism, Elizabeth Cady Stanton, USA
Berkembangnya
feminisme di Amerika tidak lepas dari kondisi dunia barat atau eropa pada abad
pertengahan yaitu masa abad pertengahan ketika gereja berperan sebagai pusat
kekuatan tertinggi dari sebuah pemerintahan. Pada tahun 1560 dan 1648 merupakan
penurunan status perempuan meskipun telah dilakukan reformasi oleh pembaharu
gereja. Peraturan yang dibuat oleh gereja telah membebani
para perempuan Pada saat itu hak dan
kebebasan mereka diatur oleh gereja sehingga menimbulkan semangat para
perempuan untuk terbebas dari kekangana gereja. Pada Revolusi Puritan di
Inggris Raya abad ke-17, kaum perempuan puritan berusaha untuk mendefinisikan
aktivitas perempuan dengan mengabaikan doktrin-doktrin yang menjadi otoritas
laki-laki, gereja/pendeta dan pemimpin politik.
Menurut Rokhmansyah (2016: 38) kata “feminisme dicetuskan pertaman kali oleh aktivis sosialis Perancis
yaitu Charles Fourier pada tahun 1837. Ide yang diusungnya adalah transformasi perempuan oleh masyarakat
berdasarkan saling ketergantungan dan kerjasama, bukan pada kompetisi dan
mencari keuntungan”. Pemikiran itulah yang telah mempengaruhi banyak perempuan
dan mengkombinasikan antara emansipasi pribadi dengan emansipasi sosial. Pergerakan
yang berpusat di eropa ini akhirnya berpindah ke Amerika dan berkembang pesat
sejak John Stuart Mill menulis artikel “The
Subjection of Women pada tahun 1869.
Sejarah Munculnya Feminisme di Amerika
Serikat abad 20
Pasca
Amerika Serikat merdeka pada tahun 1776 kondisi kaum perempuan di Amerika
mengalami ketidakadilan. Mereka tidak berhak membuat keputusan di dalam rumah
tangganya, segala aktivitas mereka sangat dibatasi. Semua keputusan berada di
bawah kekuasaan laki-laki baik mengenai keluarga, hak milik maupun anak-anak.
Sejak itu, perempuan bahkan tidak berhak untuk memutuskan nasibnya sendiri.
Pada saat terjadinya Revolusi Prancis pada tahun 1789 yang
kemudian mempengaruhi Amerika Serikat serta mulai banyak bermunculan berbagai
gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para kaum perempuan. Gerakan tersebut
dinamakan dengan feminisme. Menurut Wiweko (2009: 43) feminisme merupakan
sebuah pergerakan wanita tetapi juga bisa disebut sebagai perkembangan sikap
wanita. Pada tahun 1792 mulai muncul gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kaum
perempuan. Menurut Faizin (2014: 5) banyaknya bermunculan gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh kaum perempuan hal ini dikarenakan setelah Mary Wollstonecraft
yang telah menulis sebuah karya tulis berjudul “Vindication of the Right of
Women” yang isinya meletakkan dasar prinsip-prinsip feminisme di
kemudian hari.
Munculnya pergerakan
hak pilih perempuan sejalan dengan munculnya organisasi-organisasi sukarela perempuan
atau “Women’s Voluntary Organizations”. Secara garis besar cita-cita
tentang perempuan pada umumnya dan aturan-aturan penting yang dimanifestasikan
keduanya muncul pada organisasi-organisasi perempuan dan dalam agenda
sebagaimana yang diucapkan oleh Lucretia Mott dan Elizabeth Cady Stanton pada
Konferensi Hak Asasi Perempuan pertama di Seneca Falls New York pada musim
panas 1848. Pada akhir perang Sipil dan diperkuat adanya pergerakan hak
perempuan sebagai emansipasi, bekerja keras dan bahkan memperluas hak pilih
terhadap orang berkulit hitam pada 1870 berdasarkan amandemen ke-15 yang
disebut dengan perhatian publik baru terhadap isu yang berkembang.
Pada
konferensi tersebut dibahas mengenai kehidupan sosial, politik, agama dan dalam
konferensi tersebut juga terbentuk sebuah deklarasi yang disebut dengan “Declaration
of Sentimen”. Deklarasi ini dibuat berlandaskan Declaration of
Independence yang menegaskan bahwa laki-laki dan wanita diciptakan
sama. Deklarasi itu berisikan resolusi diantaranya hak memilih, persamaan dalam
pendidikan, persamaan hak kesempatan kerja, hak milik dan penghapusan
diskriminasi terhadap wanita. Di antara ke 12 resolusi tersebut namun hak memilih
adalah hak yang paling banyak diperdebatkan sebelum sidang memutuskan untuk
menyetujui resolusi tersebut. Usaha gerakan perempuan ini nampak berhasil
karena salah satunya di dukung oleh pemerintah pada saat itu yaitu Presiden
Woodrow Wilson. Presiden Wadrow Wilson adalah seorang pembaharu dalam sejarah
Amerika yang sangat antusias pada gerakan wanita. Menurut Aruan (2011: 25) bahwa
setelah disetujuinya bebereapa resolusi tersebut gerakan kaum perempuan mulai
menapakkan hasilnya pada berbagai bidang kemajuan. Kemajuan-kemajuan yang
tampak ialah berdirinya “New York Infirmary for Women and Children” pada
1854 dan “Female Medical School of Philadelphia” pada 1850
serta “Boston Medical School for Women” pada 1852.
Kemajuan
lain yang tampak adalah pada wanita yang bekerja. Pada 1880 ada sebanyak 2,6
juta pekerja wanita yang bekerja sebagai pegawai negeri, guru dan perawat.
Kenaikan jumlah ini berkembang sangat cepat hanya dalam waktu 10 tahun. Pada
1890 ada 4 juta wanita pekerja. Jumlah ini semakin meningkat menjadi 5,1 juta
pada tahun 1900 dan 7,8 juta pada 1910. Meningkatnya jumlah pekerja wanita
berdampak pada kesempatan luas dan fasilitas pendidikan untuk wanita dan
sekolah-sekolah kejuruan didirikan untuk menunjang pendidikan dan keterampilan
wanita dalam memasuki dunia kerja. Kemajuan pada bidang politik untuk bebas
memilih tidak berjalan lancar seperti pada bidang pendidikan namun hal tersebut
oleh kaum perempuan tetap diperjuangkan. Menurut Aruan (2011: 26) bahwa seiring
dengan berjalannya waktu dalam pergerakan kaum perempuan terjadi perbedaan pendapat sehingga pergerakan
tersebut terbagi menjadi 2 kelompok yaitu “The National Women Suffrage
Association” yang dipimpin oleh Sussan Betty Anthony dan Elizabeth
Cady Stanton yang memfokuskan kegiatan kelompok untuk memperoleh suara serta menjauhkan
diri dari isu-isu yang kontroversial. Kelompok yang kedua yaitu “The
American Women Suffrage” yang dipimpin oleh Lucy Stone memfokuskan
kegiatan kelompoknya dalam hal menegakkan hak-hak wanita. Dan pada 1890 kedua
kelompok tersebut bergabung dan dinamakan dengan “National American Women
Suffrage Association” (NAWSA) karena pada waktu itu hal yang
difokuskan adalah memperjuangkan untuk memperoleh hak memilih.
Perkembangan Feminisme di Amerika Serikat
Sejarah
perempuan di Amerika Serikat menjelaskan bahwa kaum perempuan diperlakukan
layaknya kaum minoritas yang membuatnya terkekang serta tidak dapat
beraktivitas bebas untuk memperoleh hak-haknya dalam tatanan sosial maupun
politik sehingga perjuangan-perjuangan perempuan Amerika Serikat pun makin
bermunculan. Meskipun tidak secara langsung memiliki peranan di bidang politik,
kontribusi perempuan dalam membantu pemerintahan sebenarnya ada. Pada awalnya,
peranan tersebut hanya mencakup dukungan seorang istri kepada suami yang
memiliki jabatan di pemerintahan. Kemudian berkembang menjadi gerakan perempuan
yang cukup signifikan yang memiliki pengaruh dalam sejarah Amerika Serikat. Kurangnya
pengaruh perempuan di awal-awal berdirinya Amerika Serikat dibuktikan dengan
sedikitnya tulisan dalam perjalanan politik Amerika Serikat yang membahas
mengenai perempuan. Sehingga meskipun dikatakan sebagai pelopor negara
demokrasi ternyata pun belum mengakui persamaan gender.
Feminisme sebagai filsafat dan gerakan
sebenarnya berkaitan dengan Era Pencerahan di eropa pada abad ke-18 yang
dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condercet. Menurut
Rohkmasyah (2016: 38) pasca Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Perancis 1792
berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang baik daripada laki-laki
dalam realitas sosialnya. Pada saat itu perempuan baik dari kalangan atas,
menengah ataupun bawah tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan
pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itu kedudukan
perempuan tidak sama dengan laki-laki di hadapan hukum. Pada 1785 perkumpulan
masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middleburg sebuah
kota di bagian selatan Belanda. Menurut Djajanegara (2000: 4) inti dari
feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau
sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.
Gerakan Perempuan Gelombang Pertama
Gerakan hak suara
perempuan dimulai dengan Konvensi Seneca Falls pada
tahun 1848 di New York yang digelar oleh Elizabeth Cady Stanton dan Lucretia Mott.
Hasil dari deklarasi tersebut menghasilkan ‘Declaration
Of Sentiment” yang menuntut kesetaraan hak untuk perempuan. Kampanye hak
perempuan selama feminisme gelombang
pertama dipimpin oleh Lucretia Mott, Elizabeth Cady Stanton, Susan B. Anthony
dan lain-lain. Feminisme gelombang pertama ini bergerak pada bidang penghapusan
hambatan-hambatan hukum dalam kesetaraan gender misalnya pada hak suara dan hak
milik. Pada akhir abad ke-19 beberapa negara bagian di barat telah memberikan
hak suara penuh untuk perempuan, meskipun perempuan telah memperoleh kemenangan
hukum yang signifikan, meraih hak dalam berbagai bidang seperti properti dan
hak asuh anak.
Pada
tahun 1912 gerakan feminis
yang berjalan lambat mulai bangkit kembali dengan memfokuskan pada pada
tuntutan untuk kesetaraan dan mengklaim bahwa korupsi dalam politik Amerika
harus dibersihkan oleh perempuan karena laki-laki tidak mampu melakukannya.
Kaum perempuan yang melakukan pemrotesan ini dinamakan suffragette. Pemimpin gerakan
feminisme di ibukota maupun kota-kota lainnya dipelopori oleh Alice Paul.
Gerakan tersebut dinamakan “The National Women Suffrage Association” namun Alice Paul memisahkan dari “The National Women Suffrage
Association” dan memilih untuk melakukan pendekatan secara moderat dengan
mendirikan “National American Women Suffrage
Association”. Setelah Perang Dunia Pertama, semakin
banyak negara bagian Barat yang memberi hak suara untuk perempuan. Salah satu
tokoh perempuan pertama yang terpilih adalah Jeannette Rankin dari
Montana. Kongres meloloskan Amandemen Kesembilan
Belas pada 1919 dan perempuan berhak memilih pada
1920.
Gerakan
Perempuan Gelombang Kedua
Gelombang
feminisme kedua di Amerika Serikat disebut juga sebagai gerakan pembebasan
wanita gelombang kedua. Feminisme gelombang kedua ini terjadi pada periode
tahun 1960 awal hingga 1980 akhir. Feminisme gelombang kedua ini membahas
berbagai isu seperti ketidakadilan dalam hukum, seksualitas, ketidakadilan de facto, keluarga, tempat kerja dan
hak-hak reproduksi. Pada tahun 1960 Betty Friedan menulis buku “The Feminine
Mystique” yang menentang pencitraan tradisional peempuan oleh media serta
menunjukkan bahwa menempatkan perempuan di rumah dan membatasi kesempatan untuk
bekerja mereka adalah penyia-nyiaan bakat dan potensi yang besar. Kaum feminis
ini menuntut kedudukan profesional, pekerjaan ahli, memprotes upah rendah dan
bekerja dengan upah yang sama dengan laki-laki. Mereka juga menuntut hak pilih
reproduksi dan pelegalan aborsi. Namun sejak gerakan hak perempuan mulai tumbuh
di Amerika pada 1840-an, selalu saja ada perbedaan pendapat di antara mereka
yakni mereka yang percaya bahwa pada dasarnya perempuan adalah pribadi dan
harus diperlakukan sama dengan laki-laki serta mereka yang yakin bahwa
perempuan berbeda secara biologis dan psikologis. Perbedaan ini sudah tentu
menimbulkan perdebatan dalam amandemen 19 yang menjamin hak pilih perempuan. “The Liberal National Organization for Women”
atau disebut dengan NOW merupakan organisasi yang didirikan pada tahun 1966
. Organisasi ini berjuang untuk kemajuan pribadi perempuan. Salah satu usulan
utama NOW adalah ratifikasi Equal Rights
Amendment (ERA) atau Amandemen Persamaan Hak yaitu menghapuskan perbedaan
perlakuan terhadap jenis kelamin dalam bidang hukum. ERA mewakili pendekatan
individualis untuk persamaan. Menurut Meiliana (2016: 249) tujuannya adalah
masyarakat tempat bagi perempuan dan laki-laki mempunyai status yang sama
sebagai manusia individu. NOW memusatkan perhatian pada kendala-kendala yang
mendefinisikan perempuan berbeda dengan laki-laki dalam hak dan kemampuan. Hal
ini berhasil memaksa New York Times menghapuskan iklan klasifikasi pekerjaan
yang spesifik “Male Only” atau “Female Only”.
Pada tahun
1960 persamaan hak masih belum sepenuhnya dinikmati oleh kaum wanita.
Diskriminasi masih terus terjadi misalnya pada sekolah dan pekerjaan. Walaupun
sekolah hukum dan medis menerima mahasiswa putri, tetapi kebanyakan
sekolah-sekolah tersebut menentukan kuota calon mahasiswa putri yang hendak
diterima di sekolah tersebut. Kaum laki-laki masih menganggap bahwa tugas dan
tanggung jawab utama wanita adalah mengurus rumah tangga dan belum bisa
bertanggung jawab sepenuhnya bila berada di posisi atas karena mereka mempunyai
kendala-kendala tertentu seperti tidak dapat bekerja di malam hari atau hari
libur. Menurut Aruan (2011: 29) adanya pendapat-pendapat yang memojokkan posisi
mereka, menyebabkan kaum wanita bangkit kembali terutama kaum radikal (sejak
1920 gerakan wanita terbagi menjadi dua, yaitu gerakan wanita yang bersifat
konservatif dan gerakan wanita yang bersifat radikal). Reaksi menentang kaum
konservatif dipelopori oleh Betty Friedan, ia menyatakan bahwa tugas mengurus
rumah tangga, merawat anak, dan mengurus suami adalah pekerjaan kasar dan
membosankan. Sudah saatnya wanita menggunakan talentanya dan berusaha untuk
bekerja keras di luar rumah. Sebagian wanita yang setuju dengan pendapat Betty
kemudian membentuk sebuah organisasi yang bernama NOW (National Organization
for Women). Tujuan organisasi ini ialah menata ulang lembaga-lembaga
seperti pengasuhan anak, pendidikan, perkawinan, keluarga, politik, ekonomi dan
lain-lain (persamaan hak).
Penutup
Pasca
Amerika Serikat merdeka kaum perempuan mengalami ketidakadilan oleh kaum
laki-laki. Ketidakadilan dialami oleh kaum perempuan dalam hal pendidikan,
sosial, pekerjaan, hak memilih dan sebagainya. Akibat dari adanya ketidakadilan
terhadap kaum perempuan, pada tahun 1972 mulai banyak bermunculan
gerakan-gerakan. Gerakan ini dinamakan dengan feminisme serta bertujuan untuk
mendapatkan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.
Feminisme di
Amerika Serikat dipelopori oleh Elizabeth Cady Stanton, Susan Betty Anthony,
Lucretia Moot dan lainnya. Mereka melakukan gerakan tersebut di ibukota dan
kota-kota besar. Elizabeth Cady Stanton dan Lucretia Stanton mengungkapkan
cita-citanya atau keinginan kaum perempuan yaitu pada Konferensi Hak Asasi Perempuan pertama di
Seneca Falls New York pada musim panas 1848. Pada konferensi tersebut
dihasilkan “Declaration Of Sentimen”
dimana deklarasi ini hampir sama dengan “Declaration
Of Independent” yang berjumlah 12 resolusi. 12 resolusi tersebut berisi
kesetaraan hak wanita dalam hal pendidikan, sosial, agama, hak memilih dan
lain-lainnya. Seiring berjalannya waktu feminisme di Amerika Serikat semakin
berkembang, sehingga muncul aliran feminisme konservatif dan radikal serta
ideologi aliran feminisme.
Daftar Pustaka
Aruan,
R. 2011. Emansipasi Wanita Amerika dari Masa ke Masa. Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Budaya dan Sosial (LENTERA), 4(2), 25””30.
DOI: 155-3-2649 (online)
Djajanegara,
S. 2000. Kritik Sastra Feminisme.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Faizin,
K. 2014. Mengintip Feminisme dan Gerakan Perempuan. Jurnal Pendidikan Sejarah, 1(1), 25””26. DOI: 1226-2635-2PB
(online)
Meiliana,
S. 2016. Perdebatan Mengenai Perempuan di Amerika. Jurnal Ilmu Sejarah, 1 (1), 249. DOI: 51245-62 (online)
Rokhmansyah,
A. 2016. Pengantar Gender dan Feminisme:
Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme. Yogyakarta: Garudhawacana
Wiweko,
P.A. 2009. The Analisis of the Tjird Wave
Feminism in the Characterization of Desperate Housewives and Pride and
Predudice. Bina Nusantara University
Thanks,
BalasHapusjiwa
Thanks,
BalasHapusjiwa
hebat suka artikelnya!
BalasHapus